Langsung ke konten utama

"Kota Malang"




Ketika mendengar "Kota Malang" aku teringat seseorang.
Seseorang yang telah lama aku tak melihatnya.
Hampir 7 tahun kita belum pernah sekalipun berjumpa.
Kemungkinan kita berjumpa hanya pada saat liburan semester saja.
6 semester berlalu tapi tidak sekalipun pernah bersua.
Mungkin semesta belum berkonspirasi untuk mempertemukan kita.
Atau jangan-jangan kita pernah berada di tempat yang sama tapi kita saling memunggungi?

Kamu apa kabar???
Betahkah kamu berada di kota baru?
Ah aku lupa sebelum ini kamu pernah merantau menjadi santri di salah satu pesantren modern di Jawa Timur.

Kapan kita bisa berjumpa (lagi) ?
Pertanyaan bodoh.
Kalaupun kita bertemu kamu tentu sudah lupa.
Kalaupun kita bisa bertemu aku tidak berani hanya untuk sekedar menyapamu.

Liburan akhir semester sebantar lagi.
Harapan untuk bisa bertemu denganmu masih ada.
Entah kapan waktunya.
Setidaknya aku bisa melihatmu.
Tak perlu saling menyapa,
Cukup aku melihatmu itu sudah cukup.

Sesederhana itu...
Mudah bukan?


Salmah | kantuk yang tak kunjung hadir jadilah melantur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW NOVEL Kita Akan Tetap di Jalan Ini Seperti Kemarin, Hari Ini, dan Esok

REVIEW NOVEL Kita Akan Tetap di Jalan Ini Seperti Kemarin, Hari Ini, dan Esok ... Judul               : Kita Akan Tetap di Jalan Ini Seperti Kemarin, Hari Ini, dan Esok Penulis             : Muhammad Lili Nur Aulia Hal                  : 253 Halaman Penerbit           : Ihsanmedia.com             Atas dasar karunia Allah, lalu kebersamaan ini pun kita mulai karena Allah dan untuk Allah. Tidak ada yang lebih mulia daripada menyadari bahwa kebersamaan ini adalah murni karena karunia dan hidayah Allah. Tak ada yang lebih agung daripada menyadari bahwa kita memulai perjalanan ini betul-betul karena Allah dan bertujuan untuk menggapai ridha Allah.    ...

REVIEW NOVEL : Cinta di Ujung Sajadah

Judul : Cinta di Ujung Sajadah Penulis : Asma Nadia Hal : 291 halaman Penerbit : Republika "Ketika semua harapan menemui jalan buntu. Cinta berjuang. Mencari kekuatan dalam sujud-sujud panjang. Menelusuri jejak surga yang dirindukan hingga tuntas saat senja di madinah" "Berduan dengan cewek itu engga nyunnah. Jelek jelek dia kan menyandang nama Muhammad" (Hal 91) "Apapun kata orang, ibumu tetap ibu, sosok yang lebih dari berhak untuk mendapakan bakti dan kasih sayang anaknya, juga perhatianmu" (hal 190) "Ketika harapan begitu tipis. Ketika fisik begitu lelah. Ketika sebagai hamba, merasa tak berdaya. Ketika sekeliling begitu gelap dan tanpa cahaya. Ketika itu hanya Allah yang bisa memberi harapan" (hal 242) "Seburuk apapun yang kamu lakukan, Nak.... ingatlah kamu menyandang nama Muhammad" (hal 268) Gue kasih lima bintang🌟🌟🌟🌟🌟 Sukak banget sama novel ini. Emang novel asma nadia itu selalu memiliki sihir tersen...

Mereflesikan Diri

Sesekali ketika berkumpul tidak melulu harus membahas hal yang menguras tenaga. Terkadang kita butuh berkumpul hanya untuk merefresh otak, mengumpulkan energi positif dan menyatukan tujuan yang telah kita sematkan. Itu akan mempengaruhi terhadap apa yang kedepannya akan kita jalankan. Membahas hal yang tidak penting sekalipun itu dapat sejenak menghilangkan kejenuhan rutinitas yang kita jalankan. Atas dasar yang sama yaitu kepenatan dan kelelahan rutinitas yang dijalankan, kita berusaha untuk saling menghibur satu sama lain. Saling menguatkan dengan cara melemparkan guyonan sederhana yang kadang hal receh sekalipun mampu membut diri ini terhibur. Efeknya apa setelah hal itu? Kita memiliki energi full kembali dan kita merasa tidak sendirian karena kita memiliki teman-teman yang sama juga merasakan apa yang kita rasakan. Kemudian menjadi fokus dengan tujuan awal kita. Sesekali patut dicoba. Jakarta 10 November 2018 | Salmah