Sejak mewabahnya virus corona di Indonesia kantor gue menerapkan work from home. Tepat hari ini 14 hari gue bekerja di rumah aja. Dalam kurun waktu kurang lebih dua pekan ini kegiatan yang gue lakuin hanya bekerja aja di rumah selepas itu palingan main hp ataupun membaca buku. Yang gue rasain ketika WFH adalah nyaman-nyaman aja enggak merasa bosan. Karena gue pribadi sudah terbiasa di rumah terus. Gue masuk kategori kaum rebahan hahahaha.
Karena di rumah terus tentunya kurang nikmat kalau tidak ada cemilan. Selama WFH ini gue suka melakukan eksperimen mencoba membuat masakan yang gue tonton dari youtube atau instagram. Tentunya makanan yang gampang dan murah bahannya :D. Walaupun hasilnya belum tentu rasanya senikmat ekspetasi yang dibayangkan. Terkadang hasil eksperimen yang gue buat suka gue upload ke snapgram. Tujuannya adalah hanya sekedar share aja engga ada maksud pamer atau apapun itu.
Siang ini selepas WFH, hal yang biasa gue lakuin adalah membuka whatsapp. Ada satu postingan teman gue yang membuat gue merenung dan tersadarkan. Dimana postingan tersebut sebuah gambar perbandingan dalam sebuah keluarga. Gambar 1 mendeksripsikan sebuah keluarga yang bahagia walaupun ketika menghadapi lockdown. Gambar kedua mendeksripsikan sebuah keluarga yang sedang memecahkan celengan ketika lockdown diterapkan.
Disitu gue langsung merenung dan sedih. Pada saat itu pikiran gue langsung mengarah ketika gue mengupload eksperimen masakan gue ke snapgram. Disitu gue mikir ketika gue share disnapgram orang-orang yang melihat postingan gue respon mereka gimana ya?. Jangan-jangan diantara mereka gara-gara melihat postingan gue ini jadi mupeng mau makan yang gue buat juga terus terkendala dengan biaya dan hal lain sehingga menimbulkan keluhan yang berujung kufur nikmat. Astagfirullah.
Mungkin jika kalian membaca ini terlihat lebay atau gimana karena pikiran gue terlalu berlibahan. Tapi aseli gue takut karna keisengan gue upload snapgram tentang eksperimen makanan gue jadi perantara orang lain kufur nikmat kan dosanya bisa ngalir ke gue. Astagfirullah astagfirullah. Ini jadi peringatan buat gue pribadi lebih hati-hati dalam mengupload postingan ke media sosial. Dimana engga semua orang yang melihat postingan kita memiliki pemikiran yang sama maksud dan tujuan yang kita posting. Malah bisa jadi itu menjadi dosa buat kita sendiri.
Renungan yang lain yang gue petik hikmahnya adalah gue memikirkan nasib orang-orang kaum menengah kebawah terkait dampak dari virus corona ini. Dimana pemerintah melakukan himbaun untuk tetap di rumah aja. Para pedagang banyak menutup dagangannya karna sementara waktu tidak dibolehkan berjualan. Selain itu yang membuka usaha jasa sekarang pun sepi konsumen. Alhasil tidak ada pemasukan akibat terhentinya pendapatan dari hasil usahanya. Pada saat itu gue memikirkan tetangga kiri kanan samping rumah gue. Kira-kira mereka semua ketika keadaan seperti sekarang ada makanan gak yaa untuk keluarganya. Beberapa waktu belakangan ini kontribusi yang gue bisa bantu adalah dengan ikut melakukan donasi di beberapa platform badan amal dimana untuk donasi APD dan handsinitizer. Tapi gue pikir-pikir lagi kenapa engga gue lakuin hal itu untuk sekitaran gue aja misal tetangga kiri kanan. Walaupun bukan suatu hal yang salah dengan ikutan donasi di badan amal tersebut tapi alahkah baiknya melakukan donasi di sekitaran lingkungan terdekat dulu. Dan gue baru kepikiran barusan. Haaaafffftttt.
Terakhir yukklah yang punya rezeki lebih kita sisihkan untuk orang lingkuangan terdekat kita dulu. Di kondisi seperti ini mari kita berlomba-lomba beramal kebaikan. Mari terus saling mengingatkan untuk kebaikan. Jadi orang baik itu menyenangkan. Bismillah.
Semoga keadaan ini menjadikan kita seorang hamba yang lebih bertaqwa.
Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin.
Faghfirlana ya Rabb
Semangat Bertumbuh ☘️
Jakarta, 31 Maret 2020 | Salmah
Komentar
Posting Komentar