KAJIAN MASJID NURUL AMAL : INGATLAH KETIKA SANGKAKALA DITIUP
Tema : INGATLAH KETIKA SANGKALA DITIUP
Pemateri : Ustadz Abu Fawaz Muhammad Washito, Lc, MA
Tempat dan Waktu : Masjid Nurul Amal, Ahad 10 Februari 2019
Tiupan sangkakala termasuk ke dalam beriman kepada hari akhir dimana pada hari itu terjadi peristiwa yang besar, peristiwa yang sangat mengerikan. Ketika dimana sangkakala ditiup oleh malaikat yang diberi tugas oleh Allah untuk meniupnya maka semua yang ada di alam semesta akan hancur. Malaikat yang bertugas untuk meniup sangkakala yaitu malaikat Israfil. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang shahih.
Di dalam Al Qur’an sangkakala dikenal dengan istilah Asshur yang artinya adalah tanduk. Sedangkan menurut istilah syar’i Asshur artinya sangkakala yang sangat besar yang mana malaikai Israfil telah memasukkan ke dalam mulutnya maksudnya siap untuk meniupnya dan malaikat Israfil sedang menunggu perintah Allah kapan Ia akan meniupnya. Hal ini telah dijelaskan dalam hadits shahih dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash ia menceritakan ada seorang baduy arab bertanya kepada Rasulullah SAW “Wahai Rasulullah apa yang dimaksud Asshur? Maka Rasulullah menjawab Asshur adalah tanduk yang akan ditiup.” Kemudian dari hadits yang lain sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdul Said Al Qudri ra Nabi juga menjelaskan tentang hakikat Asshur sangkakala yang akan ditiup oleh malaikat Israfil sebagai tanda akan terjadinya kiamat qubra. Rasulullah bersabda : “Bagimana mungkin aku bersenang-senang hidup di dunia sementara pemegang sangkakala telah memasukkan ke dalam mulutnya, dia memasangkan pendengarannya untuk meniupnya kapanpun Ia diperintahkan untuk meniupnya maka Ia pasti meniupnya”.
Malaikat yang diberi tugas oleh Allah untuk meniup sangkakala adalah malaikat Israfil. Dalam haditsnya adalah diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra : Rasulullah SAW bersabda : “ Sesungguhnya Allah semenjak menciptakan langit dan bumi, Dia menciptakan pula sangkakala lalu Allah memberikan sangkakala tersebut kepada malaikat Israfil dan malaikat Israfil telah meletakkan kedalam mulutnya”.
Ada perbedaan pendapat oleh para ulama dalam hal berapa kali malaikat Israfil meniupkan sangkakala. Pendapat pertama mengatakan bahwa sangkakala akan ditiup oleh malaikat Israfil sebanyak tiga kali. Diantara ulama yang berpendapat demikian adalah Ibnul Arbi, Syahrul Islam Tamimiyah, dan asyaquani ra. Pendapat kedua mengatakan bahwa sangkakala akan ditiup oleh malaikat israfil sebanyak dua kali. Diantara ulama yang berpendapat demikian adalah Abdullah bin Abbas (sahabat nabi), Al Hasan Al Basri (termasuk golongan tabi’in) Al Iman Al Muqtubi dan Ibnu Hajar ra. Pendapat pertama yang mengatakan bahwa sangkakala akan ditiup oleh malaikat Israfil sebanyak tiga kali rinciannya sebagai berikut tiupan pertama disebut Nafhatul faza artinya tiupan pertama yang membuat semua makhluk kaget, panik, dan terkejut. Hal ini berdasarkan firman Allah didalam surat An-Naml ayat 87 : “Dan ingatlah ketika pada hari ketika sangkakala ditiup maka terkejutlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri”. Tiupan kedua disebut Nafhatu Asshoqqi artinya tiupan yang mematikan semua makhluk. Tiupan ketiga disebut Nafhatu Ba’di Wannushur artinya tiupan yang akan membangkitkan semua makhluk setelah mereka mati. Di dalam Al Qur’an diterangkan di dalam surat Az-zumar ayat : 68 “ Dan sangkakala pun ditiup maka matilah semua makhluk yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah kemudian ditiup sekali lagi sangkakala itu mereka bangun dari kuburnya menunggu keputusan Allah”. Pendapat kedua yang mengatakan bahwa sangkakala akan ditiup oleh malaikat israfil sebanyak dua kali rinciannya sama seperti pendapat pertama hanya saja pendapat kedua mengatakan tiupan Nafhatul faza dengan Nafhatu Asshoqqi dijadikan satu jadi ketika malaikat Israfil meniup sangkakala pertama kali semua makhluk kaget kemudian mati. Pendapat yang nampak logic, lebih kuat dan mendekati kebenaran yaitu Pendapat kedua.
Jarak waktu atau jeda tiupan sangkakala dari tiupan pertama ke tiupan kedua sudah dijelaskan oleh Rasulullah Saw hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra : Beliau bersabda jarak antara dua tiupan adalah selama 40. Maka para sahabat dan tabi’in bertanya kepada Abu Hurairah, wahai Abu Hurairah apa yang dimaksud selama 40 jaraknya? Abu Hurairah menjawab Aku enggan menerangkannya. Kemudian mereka bertanya lagi wahai Abu Hurairah apakah jarak antara dua tiupan selama 40 hari? Abu Hurairah menjawab Aku enggan menerangkannya. mereka bertanya lagi wahai Abu Hurairah apakah jarak antara dua tiupan selama 40 tahun? Abu Hurairah menjawab Aku enggan menerangkannya. Maksudnya adalah Beliau tidak berani menjelaskan akal dan perasaan atau pendapat pikirannya tentang hal-hal yang Beliau mendapatkannya dari Allah dan Rasulullah. Ini perkara ghaib maka beliau tidak berani untuk berijtihad dalam perkara ghaib.
Makna Beriman Kepada Hari Akhir
Dinamakan hari akhir karena ia datang terakhir yaitu setelah kehidupan dunia. Makna beriman kepada hari akhir adalah beriman dengan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah di dalam Al Qur’an dan diperintahkan oleh Rasulullah Saw di dalam hadits-hadits yang shahih dari perkara-perkara yang terjadi setelah kematian seperti adanya siksa kubur, pertnayaan kubur, hari kebangkitan dari alam kubur, percaya dengan adanya mahsyar tempat dikumpulkannya seluruh manusia di tanah yang lapang, termasuk beriman adanya pembagian kitab catatan amal setiap manusia, berimana adanya perhitungan amal dan pembalasan amal, beriman dengan adanya telaga nabi di padang mahsyar, beriman dengan adanya jembatan terbentang di atas neraka jahannam menuju pintu surga, beriman dengan adanya syafaat Nabi untuk ummat-Nya, beriman dengan adanya surga dan neraka, serta oleh Allah telah siapkan didalam keduanya penghuni masing-masing, berimana segala nikmat yang ada di dalam surga dan azab di dalam neraka. Itu merupakan definisi beriman kepada hari akhir. Beriman kepada hari akhir yang benar itu mengandung tiga perkara pokok yaitu pertama mengimani adanya hari kebangkitan, oleh Allah telah dijelaskan di dalam Al Qur’an surat Al-Anbiya ayat 104 dan hadits nabi manusia itu akan dikumpulkan oleh Allah di padang mashyar dalam keadaan tidak memakai alas kaki, dalam keadaan telanjang, dan dalam keadaan dikhitan. Kedua mengimani adanya hari perhitungan amal dan pembalasan amal, di dalam Al Qur’an terdapat di surat Al Ghosyiyah ayat 25-26. Ketiga mengimani adanya surga dan neraka. Surga adalah makhluk Allah sebagai tempat tinggal yang hakiki dan abadi penuh dengan kenikmatan dan kebahagian yang sudah Allah siapkan bagi hamba-hambanya yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Neraka adalah makhluk yang diciptakan yang sudah ada dengan segala azab dan kesengsaraan bagi hamba-hamba yang kafir kepada-Nya. Di dalam Al Qur’a surat Al-Infithar ayat 13 dan 14.
.
.
.
.
Sebenarnya materinya masih ada tapi gue engga nyatet samapai habis jadi diatas merupakan catatan yang gue tulis hanya sampai situ .
Jakarta, 15 Februari – 2019
Komentar
Posting Komentar