REVIEW NOVEL I AM
SARAHZA
Judul : I AM SARAHZA
Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga
Almahendra
Hal : 368 Halaman
Penerbit : Republika
Sinopsis :
Manusia bilang dimana ada
kehidupan, disitu ada harapan. Tapi bagiku ruh yang telah dinasibkan di Lauhul
Mahfuzh selama manusia memelihara harapan maka aku akan selalu hidup.
Dari alam rahim aku menyaksikan
bagaimana kedua orangtuaku jatuh bangun memperolehku. Melewati puluhan terapi,
menghadapi ratusan jarum suntik, sayatan pisau operasi, berkali inserminasi dan
gagal bayi tabung. Bahkan sampai menuai badai depresi.
Meski segala ilmu manusia akhirnya
bertekuk lutut pada pencipta ilmu segala ilmu, kedua orangtuaku tak menyerah.
Bahkan setelah ibu menjadi tak sempurna karena upayanya.
Tahukah apa yang membuat pencipta
bisa luluh pada hambaNya? Dengan segala usaha dan penyerahan diri sepenuhnya,
takdirku ke dunia dihantarkan oleh ribuan malaikat yang bersujud pada
manusia-manusia yang sabar dan berupaya.
Novel
ini menceritakan perjalanan hanum rais dan rangga almahendra untuk mendapatkan
seorang anak setalah melewati masa pernikahan selama 11 tahun. Ketika gue baca
ini nampak sekali perjuangan mereka untuk memperoleh keturunan yang dilewati
dengan begitu sabarnya. Gue baca ini sampai nangis dan ikut merasakan bagaimana
kesabaran dan upaya mereka ingin memiliki keturunan. Namun sampai 10 tahun
pernikahan Allah belum mengijinkan hanum dan rangga untuk memiliki momongan.
Hanum
merupakan anak dari politikus terkenal di indonesia yaitu amien rais. Ia
dipertemukan dengan suaminya rangga almahendra pada saat rangga dan band
barunya itu ingin melakukan pembuktian diri atau eksis terhadap band barunya
ini. Rangga bermaksud ingin mengajukan lagu kampanye kemenangan amin rais,
dimana pada saat itu amin rais sedang mencalonkan diri sebagai calon presiden.
Pertemuan awal yang tidak mengenakan berawal dari hanum pada saat itu sedang
menunggu pasien yang akan dicabut giginya untuk melengkapi syarat kelulusan
hanum sebagi calon dokter gigi. Tak disangka pasien ini yang bernama arto tak
kunjung tiba untuk melakukan pencabutan gigi. Selang beberapa waktu panggilan
masuk melalui telpon seluler hanum. Pada saat itu hanum mengira bahwa si
penelpon ini merupakan arto yang akan dicabut giginya tetapi melainkan orang
lain yang ingin mengajukan lagu kampanye amin rais. Hanum yang sedang pusing
dengan arto yang tak kunjung tiba akhirnya hanum meminta kepada si penelpon ini
yang ingin menawarkan lagu untuk kampanye amin rais untuk menitipkan berkasnya
kepada satpam parkiran nanti tentu akan hanum ambil ketika urusannya telah
selesai.
Tanpa
sepengetahuan hanum, rangga mencoba untuk mendatangi ruangan hanum. Sampai di
ruangan hanum, rangga melihat hanum sedang menelpon seseorang. Rangga mencuri
dengar perbincangan hanum dan si penelpon ini. Rangga menarik kesimpulan
perbincangan telpon itu berisi tentang hanum yang diancam oleh calon pasiennya
untuk pencabutan gigi dimana gigi si calon pasien ini merupakan salah satu
langkah hanum untuk segera merampungkan gelar dokter gigi.
Hanum
memutuskan untuk menerima tawaran calonnya pasien ini untuk membayar gigi
tersebut sebesar dua juta rupiah dan sudah sepakat untuk dicabut besok pagi
harinya. Setelah selesai urusan dengan si calon pasiennya ini, hanum memutuskan
untuk pergi mengurusi kampanya bapaknya. Sampai di parkiran ada yang
memanggil-manggil namanya, hanum menoleh ternyata penelpon yang tadi menawarkan
lagu kampanye untuk bapaknya. Dengan sedikit angkuh hanum menerimanya untuk
dipertimbangkan.
Hasil
kemenangan presiden sudah diumumkan. Amin rais kalah telak dengan lawan
tandingnya. Hanum sudah bisa nerima itu tapi lingkungan disekelilingnya masih
banyak yang berkomentar negatif. Hanum tergesa-gesa melewati lorong kampusnya
untuk menghindari tatapan orang-orang yang ingin mencemoohnya. Hanum mencari
tempat sepi untuk menghindari orang-orang.
Di
kejauhan rangga melihat hanum jalan terburu-buru seperti menghindari sesuatu.
Rangga mencoba untuk membuntuti hanum. Untuk kedua kalinya rangga melihat hanum
menangis, yang pertama pada saat pertama kali rangga ingin mengajukan lagu
kampanye amin rais dan yang kedua saat ini didekat parkiran yang sepi. Rangga
mencoba untuk mendekat ke arah hanum. Ketika hanum sadar akan keberadaan
rangga, buru-buru hanum menghapus sisa-sisa air matanya.
Pada
saat itu rangga mengajak hanum ke suatu tempat untuk menghibur hanum yang sedah
bersedih. Ternyata rangga mengajak ke tempat pinggiran sawah yang dekat dengan
rel kereta. Ketika kereta lewat rangga berteriak sekencang-kencangnya hingga
merasakan rasa lega di dada. Hanum mengikuti yang rangga lakukan. Setelah itu
mereka melanjutkan untuk melaksanakan sholat.
Lima
bulan kemudian rangga menikahi hanum.
Disini
mulailah perjalanan perahu rumah tangga hanum dan rangga. Disini saya tidak
bisa menceritakan secara rinci karena akan lebih terasa feel nya membaca
langsung :D. Membaca novel ini benar-benar seolah-olah kita juga ikut merasakan
perjalanan pernikahan mereka 11 tahun. Bagaimana rangga yang begitu sabar
menjadi seorang suami. Selalu memandang segala hal itu positif. Tahu bagaimana
memposisikan diri ketika sang istri sedang bersedih. Aseli baper banget sih gue
sama rangga :D. Rasanya pengeeennn juga punya suami kaya dia.
Begitupun
dengan hanum yang begitu hebatnya. Enggak pantang menyerah walaupun pernah
berada di titik terendah yang betul-betul sudah merasa lelah. Perjuangan ingin
sekali merasakan menjadi seorang ibu. Rela melakukan segala hal untuk memiliki
seorang anak. 11 tahun bukan waktu yang sebentar. Sampai-sampai gue sebagai
pembaca pun ikutan geregetan ya Allah ini
kapan hanum hamilnya sih?.
Orang
tua mereka pun enggak kalah keren. Dorongan moril mereka aseli keren banget.
gue sampai nangis ketika bapaknya hanum amin rais selalu memberikan dorongana
moril dan motivasi.
Hikmah
yang gue dapat ketika membaca buku ini adalah tentang kesabaran. Di kehidupan
nyata ada yang dia nikah muda tapi Allah belum kasih dia anak. Ada juga yang
dipertemukan jodohnya lama tapi kariernya bagus. Ada juga dalam karier dia
belum mendapatkan pekerjaan tapi ternyata jodohnya cepat datang. Begitulah
kadang kehidupan. Allah yang lebih tau kapan itu semua datang di waktu yang
tepat. Kuncinya sabar. Dari sini gue jadi mikir, enggak melulu orang yang
setelah nikah langsung diberi anak. Ada yang dikasih cepat, nunggu selama satu
tahun ataupun bertahun-tahun. Pokoknya banyak hal yang tadinya gue berpikirnya
terlalu sempit menjadi luas karena bacaan ini.
SANGAT
INSPIRATIF
Gue
kasih bintang lima
Jakarta, 23 Desember
2018 – Salmah
Komentar
Posting Komentar