Langsung ke konten utama

Waktu Dini Hari

Waktu dini hari dan mataku masih belum bisa terpejam.

Aku merasa sedang merindukanmu.

Jika menengok kebelakang tidak terasa waktu berjalan begitu cepat.

Sudah hampir satu tahun kamu telah pergi.

Rasanya baru kemarin aku selalu mengantarkanmu melakukan check up.


Waktu dini hari dan mataku masih belum bisa terpejam.

Setiap mengingatmu aku teringat tentang sebuah kematian yang kapan saja bisa datang.

Akupun langsung merenungi dosa-dosa yang telah aku lakukan.

Betapa banyak dosa yang aku perbuat dan ulangi. 

Dan sadar sedikit sekali amalan yang aku punya untuk bekalku kembali ke tempat yang kekal.


Waktu dini hari dan mataku masih belum bisa terpejam.

Merenungi semua peristiwa yang terjadi selepas kepergianmu.

Sepi dan tangis terkadang masih menghiasi rumah ini. 

Memori kenangan bersama terkadang berputar dengan sendiri nya.

Penyesalan pun sesekali masih ada. 

Menyesal karna tanpa sengaja pernah menyakiti, menyesal belum memaksimalkan keinginanmu sebelum pergi.


Waktu dini hari dan mataku belum terpejam.

Sesekali pernah merasa rindu yang menggebu ingin berjumpa.

Namun tersadar meruntuhkan rasa rindu ini bukan dengan perjumpaan melainkan dengan melangitkan doa-doa. 


Jakarta, 12 Desember 2020 | Salmah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW NOVEL Kita Akan Tetap di Jalan Ini Seperti Kemarin, Hari Ini, dan Esok

REVIEW NOVEL Kita Akan Tetap di Jalan Ini Seperti Kemarin, Hari Ini, dan Esok ... Judul               : Kita Akan Tetap di Jalan Ini Seperti Kemarin, Hari Ini, dan Esok Penulis             : Muhammad Lili Nur Aulia Hal                  : 253 Halaman Penerbit           : Ihsanmedia.com             Atas dasar karunia Allah, lalu kebersamaan ini pun kita mulai karena Allah dan untuk Allah. Tidak ada yang lebih mulia daripada menyadari bahwa kebersamaan ini adalah murni karena karunia dan hidayah Allah. Tak ada yang lebih agung daripada menyadari bahwa kita memulai perjalanan ini betul-betul karena Allah dan bertujuan untuk menggapai ridha Allah.    ...

REVIEW NOVEL : Cinta di Ujung Sajadah

Judul : Cinta di Ujung Sajadah Penulis : Asma Nadia Hal : 291 halaman Penerbit : Republika "Ketika semua harapan menemui jalan buntu. Cinta berjuang. Mencari kekuatan dalam sujud-sujud panjang. Menelusuri jejak surga yang dirindukan hingga tuntas saat senja di madinah" "Berduan dengan cewek itu engga nyunnah. Jelek jelek dia kan menyandang nama Muhammad" (Hal 91) "Apapun kata orang, ibumu tetap ibu, sosok yang lebih dari berhak untuk mendapakan bakti dan kasih sayang anaknya, juga perhatianmu" (hal 190) "Ketika harapan begitu tipis. Ketika fisik begitu lelah. Ketika sebagai hamba, merasa tak berdaya. Ketika sekeliling begitu gelap dan tanpa cahaya. Ketika itu hanya Allah yang bisa memberi harapan" (hal 242) "Seburuk apapun yang kamu lakukan, Nak.... ingatlah kamu menyandang nama Muhammad" (hal 268) Gue kasih lima bintang🌟🌟🌟🌟🌟 Sukak banget sama novel ini. Emang novel asma nadia itu selalu memiliki sihir tersen...

Mereflesikan Diri

Sesekali ketika berkumpul tidak melulu harus membahas hal yang menguras tenaga. Terkadang kita butuh berkumpul hanya untuk merefresh otak, mengumpulkan energi positif dan menyatukan tujuan yang telah kita sematkan. Itu akan mempengaruhi terhadap apa yang kedepannya akan kita jalankan. Membahas hal yang tidak penting sekalipun itu dapat sejenak menghilangkan kejenuhan rutinitas yang kita jalankan. Atas dasar yang sama yaitu kepenatan dan kelelahan rutinitas yang dijalankan, kita berusaha untuk saling menghibur satu sama lain. Saling menguatkan dengan cara melemparkan guyonan sederhana yang kadang hal receh sekalipun mampu membut diri ini terhibur. Efeknya apa setelah hal itu? Kita memiliki energi full kembali dan kita merasa tidak sendirian karena kita memiliki teman-teman yang sama juga merasakan apa yang kita rasakan. Kemudian menjadi fokus dengan tujuan awal kita. Sesekali patut dicoba. Jakarta 10 November 2018 | Salmah