Hal yang biasa yang kita lakukan jika bertemu dengan bocah satu ini pasti enggak jauh-jauh dari curhat, membicarakan banyak hal. Maklum kita jarang sekali bertemu karena kesibukan masing-masing. Bocah satu ini yang insyaAllah akan menjadi calon guru, ceritanya kesempatan kali ini curhat tentang rasa kehilangan karena pernah nolak seseorang. Sejenis hukum karma kalau kata dia. Dulu dia sempat pernah mau dijodohkan oleh kedua orang tua mereka. Karena beberapa hal dia menolak perjodohan itu. Gue menebak hal pertama kenapa bocah ini menolak perjodohan pasti karena ketimpangan masalah pendidikan. Dan dia langsung mengakui itu. Dia menyesal kenapa hanya karena itu dia langsung menolak tanpa mempertimbangkan hal lain. Sekarang mantan calon perjodohannya ini sudah mendapatkan penggantinya. Akhir tahun nanti akan segera melangsungkan pernikahan.
Hal yang menarik dari curhatan kali ini ketika si bocah ini memberikan pertanyaan tentang kehilangan.
🐥 lu pernah ngerasain kehilangan yang benar-benar membuat lu kalut gitu gak?
🐤 kalau yang sampai kaya gitu gak pernah.
🐥 pas gue dapat kabar dia mau menikah gue benar-benar kaget. Patah hati, nyesel campur aduk. Benar-benar merasa kehilangan dia. Rasanya hampir sama waktu pas abah gue meninggal.
🐤 serius sampai segitunya?
🐥iyaaak beneran, sampai gue nangis berhari-hari.
Obrolan kita berlanjut. Banyak hal yang kita bahas. Waktu 2 jam terasa sebentar sekali.
Hal yang dapat gue renungkan adalah ketika seseorang merasakan patah hati bisa sedahsyat itu ternyata efeknya. Mungkin kadang kita bisa enteng mengucapkan yaudah si move on cari yang lain. Hei! Tidak semudah itu ferguso! Ada hati yang perlu ditata kembali untuk bangkit dan meluaskan penerimaan. Dan tidak secepat itu. Setiap orang memiliki waktu penrimaan yang berbeda bisa untuk bangkit lagi.
Hikmah dari curhatan ini gue harus lebih bijak ketika menemukan seseorang yang sedang patah hati. Gue kadang pernah ngatain lebaay jika melihat orang yang sedang patah hati mengekspresikan berlebihan. Ternyata memang sesakit itu. Dan butuh waktu untuk bangkit.
Mari lebih berempati lagi jangan langsung menjudge orang yang sedah patah hati itu lemah, bucin, dll. Bukan bukan karena mereka lemah. Bukannya mereka susah move on. Mereka butuh waktu untuk recovery hati untuk tetap bisa menjadi waras. Siapkan saja telinga kita untuk mendengarkan cerita mereka. Tutup mulut rapat-rapat sampai dia lelah menumpahkan rasa yang selama ini dirasakan.
Mari lebih berempati lagi jangan langsung menjudge orang yang sedah patah hati itu lemah, bucin, dll. Bukan bukan karena mereka lemah. Bukannya mereka susah move on. Mereka butuh waktu untuk recovery hati untuk tetap bisa menjadi waras. Siapkan saja telinga kita untuk mendengarkan cerita mereka. Tutup mulut rapat-rapat sampai dia lelah menumpahkan rasa yang selama ini dirasakan.
Jakarta, 03 Agustus 2019 | Salmah
Komentar
Posting Komentar